Galih mengawali hari dengan senyum manis diwajahnya. Hari – harinya semakin berwarna dengan kehadiran seseorang yang special dalam hidupnya.
Gadis itu Rena, adik kelas Galih. Rena gadis yang bisa membuat hati Galih berdebar saat melihatnya. Awal pertemuan mereka sudah membuat Galih merasakan cinta. Galih berusaha mendekati Rena, untuk mengutarakan rasa cintanya. Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya Galih mengutarakan isi hatinya kepada Rena.
Sepulang sekolah Galih mengajak Rena ke taman belakang sekolah. Sesampainya di taman belakang sekolah mereka duduk di bawah pohon mangga.
Satu menit dua menit bahkan sepuluh menit berlalu, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua. Suasana hening menyelimuti Galih dan Rena.
“ Rena, aku suka sama kamu.” Suara Galih memecahkan keheningan.
Rena sontak kaget mendengar pengakuan Galih. Rena masih terdiam. Hatinya berdetak tak menentu. Dia masih kaget mendengar pengakuan kakak kelasnya itu. Selain itu ada perasaan lain di hati Rena yang selama ini juga terpendam.
“ Kak, Galih! “ suara Rena membuat Galih kaget.
Galih menatap lurus ke arah Rena. Wajah Galih terlihat tegang menanti jawaban dari Rena.
“Rena juga suka sama kak Galih.”
Dari SD Rena, udah suka sama kak Galih. Tapi waktu itu Rena masih kecil dan Rena takut buat bilang perasaan Rena. Rena takut kak Galih nggak suka sama Rena. Jawab Rena jelas atas pernyataan cinta Galih.
Galih tertegun mendengar jawaban Rena. Rena yang selama ini di kenalnya pemalu, ternyata bisa seberani itu mengungkapkan perasaannya. Satu sisi Galih bahagia karna cintanya tak bertepuk sebelah tangan.
“Rena, kita jadian sekarang ?” tanya Galih.
“ iya, kak Galih.” Jawab Rena dengan wajah tersipu malu.
Perasaan bahagia menyelimuti mereka berdua. Cinta yang tak pernah terucap kini telah terucap dan mendapatkan jawabannya.
Hari semakin sore. Galih mengulurkan tangannya ke Rena, Rena meraih tangan Galih. Galih dan Rena berjalan pulang meninggalkan tempat dimana dua hati yang saling mencintai bersatu. Taman belakang sekolah dan pohon mangga jadi saksi bisu terjalinnya cinta dua anak manusia. Dua hati yang saling mencintai berjalan bersama. Kebahagiaan menyelimuti mereka.
Galih dan Rena menjalin hubungan selayaknya anak remaja di usiannya. Pergi jalan bareng, nonton atau bahkan hanya sekedar duduk ngobrol di teras depan rumah. Mereka senang meluangkan waktu bersama. Galih juga sudah mengenalkan Rena pada keluarganya. Keluarga Galih menerima Rena dengan baik. Meski umur Galih dan Rena berbeda tapi itu tak menjadi masalah. Justru terkadang Rena yang jauh lebih dewasa dari Galih. Banyak perubahan positip yang terjadi pada Galih semenjak berpacaran dengan Rena. Galih yang bandel bisa berubah jadi penurut. Rena juga selalu ingatkan Galih buat sholat. Padahal biasanya Galih kalau mau sholat malas. Galih nggak pernah ngeluh soal sikap Rena yang terlalu mengatur hidupnya. Galih justru bersyukur punya pacar yang baik, perhatian, soleha pula. Galih merasa menjadi pria yang sangat beruntung. Bukan hanya Galih yang bersyukur tapi orang tua Galih juga sangat senang dengan Rena, karna Rena membawa pengaruh baik untuk anaknya.
Berbeda dengan Galih yang telah mengenalkan Rena pada keluarganya. Rena justru menyembunyikan hubungannya dengan Galih pada orang tuanya. Rena takut orang tuannya marah kalau sampai tahu Rena pacaran. Jadi mau nggak mau mereka pacaran diam – diam. Sejujurnya Galih benci dengan kondisi ini. Dia ingin jujur pada orang tua Rena soal hubungan mereka. Tapi Rena selalu melarangnya. Tak ada yang bisa dilakukan Galih selain menuruti permintaan wanita yang sangat dicintainya.
Waktu terus berjalan. Satu tahun setengah hubungan Galih dan Rena berjalan. Mereka menjalani dengan bahagia. Hingga pada suatu waktu masalah mulai muncul dalam hubungan Galih dan Rena. Galih merasa belakangan sikap Rena berubah. Galih merasa sesuatu yang buruk akan terjadi pada hubungan mereka.
“ kenapa kamu berubah, Ren ? “ tanyaku penasaran.
Tak terasa sudah sepuluh menit berlalu Aku dan Rena hanya duduk berdiam diatas motor. Wanita inilah yang telah menemani hari – hariku. Satu menit dua menit bahkan lima menit berlalu tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Rena. Ingin rasanya aku berteriak tapi mulut ini tak dapat berkata – kata.
“ jawab Ren! “ kata ku lemas serasa memohon.
“ aku bingung kak Galih, “ jawab Rena pelan
“ bingung ? kenapa ? “ tegas ku
Rena pun kembali terdiam, diam seribu bahasa. Aku menatap wajahnya pandangan mataku tengah beradu dengannya.
“ Aku takut kata – kata ku nanti akan melukai hati kak Galih ! “ ucap Rena
“ Dengan kamu berdiam diri seperti ini sudah melukai hati aku Ren, ! “ jawab Galih terisak.
“ Jujur aku masih sayang kak Galih, tapi aku tak bisa meneruskan hubungan ini, “ sahut Rena.
Mendengar jawaban Rena, Galih merasa seperti tersambar petir. Galih tertegun, ada sesuatu yang menetes dipipinya. Galih menagis. Dengan segera Galih menghapus air matanya.
“ kenapa Ren ? apa semua ini karna Bayu ? “ tanyaku penasaran
“ Darimana kak Galih tau soal Bayu ? “ tanya Rena bingung.
Bayu adalah Guru les Rena. Minggu lalu Galih tak sengaja melihat ena dan Bayu pergi berdua. Sejak itulah Galih merasa curiga. Dan semenjak itu sikap Rena juga berubah.
“ jadi benar tentang semua ini ? “
“ jadi benar semua ini karna Bayu ? “
“ kenapa…………”
Belum selesai Galih berkata – kata, Rena menutup mulut Galih dengan jarinya.
“ kak Galih dengarkan aku ! Kalau semua ini memang harus berakhir ini semua bukan karna aku nggak cinta lagi sama kak Galih. Semua aku lalukan karna orang tua aku. Aku nggak mau sampai di bilang anak durhaka karna melawan. Aku dijodohkan sama Bayu. Bayu minta aku ke Ibu, ibu menerima karna merasa Bayu sudah mapan. Aku nggak bisa berbuat apa – apa kak Galih. Aku juga nggak mungkin menyakiti kak Galih lebih lagi.
Galih hanya bisa terdiam mendengar kata – kata Rena. Suasana kembali sepi, mungkin hubunganku dengannya memang harus berakhir disini.
“ kalau semua ini demi buat kamu bahagia,
“ OK kita putus “
“ aku juga nggak bisa maksain perasaan kamu ke aku lebih dari ini ! “ ucap Galih lirih.
Tiba – tiba tangan Rena meraih tanganku, pandangan kami kembali beradu.
“ maafkan aku kak Galih, ini juga demi kit a ! “ kata Rena sambil tersenyum.
Senyuman itu mungkin senyuman terakhir, gengaman serta tatapan matanya pun mungkin jadi yang terakhir kali. Tak kuat rasanya aku menahan air mata ini. Segera aku melepaskan genggaman tangan Rena dan bergegas meninggalkannya. Mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk Aku dan Rena. Dan mungkin memang benar aku harus membiarkan cinta itu pergi dari hatiku selamanya. Meski luka hati ini tak tahu kapan bisa sembuh. Mungkin nanti saat aku bisa menemukan penganti Rena.
“ Saat Terindah Dalam Hidupku Adalah Bersamamu, Saat Tersedih Dalam Hidupku Adalah Kehilanganmu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar